WAHYU BURHANI

>>>>>>>>>>>>YUUUU<<<<<<<<<<<

Sabtu, 29 November 2008

feature (baru belajar)

SLB SW BUDI KARYA

Sekolah ini berbeda. Sekilas Bentuknya seperti sekolah pada umumnya. Berbentuk hurup U. Ditembok-temboknya tergambar lukisan-lukisan hewan, seperti sekolah TK. Ditengah-tengah nya terdapat mainan ayunan, perosotan,dan permainan-permainan lain yang ada di setiap TK. Namun murid dari sekolah itu yang membedakan sekolah ini dari sekolah lainnya. Seragam putih-merah, putih-biru, putih-abu-abu yang menjadi murid dari sekolah itu.bukan anak TK..

Tempat ini dibangun oleh Yayasan Budi Karya. Yayasan ini diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kelainan mental. Yayasan ini berdiri sejak tahun 1978. SLB SW BUDI KARYA yang terletak di Jl. Bango III, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan itu berbeda dari sekolah-sekolah lainnya. Lokasinya jauh dari jalan raya, berada di antara perumahan dan pekampungan. Sekolah ini merupakan cabang dari Cikini.
Awalnya hanya terdiri dari SDLB dan SMPLB saja. Namun banyak SMPLB lain yang mengirimkan muridnya ke SLB SW BUDI KARYA, maka ditambahlah SMULB. Jadi dengan di adakannya SMULB, yayasan BUDI KARYA berubah menjadi SLB SW BUDI KARYA yang memiliki tiga jenjang pendididkan luara biasa yakni SDLB, SMPLB, dan SMULB.

Mulanya murid dari SLB ini banyak, namun setelah adanya krisis moneter tahun 1998 cukup berdampak pada penurunan jumlah murid. Sampai saat ini jumlah muridnya hanya mencapai 25 orang saja,itu juga tidak aktif. Yang aktif masuk hanya sebelas orang saja yang terdiri dari murid SD berjumlah dua orang, SMP berjumlah tiga orang, SMU enam orang. Untuk guru pengajarnya berjumlah empat orang.

“ Disini murid tidak tentu masuknya,” kata pak Maman, seorang guru sekolah tersebut yang sudah tiga puluh tahun mengajar di sekolah tersebut. “ Mereka di sini juga bebas sampai berapa tahun bersekolah, ada yang sekolah di sini sampai murid tersebut meninggal,” lanjut ibu Tati Hartati salah satu guru sekolah itu yang sudah mengajar sejak tahun 1982.

Menurut penjelasan mereka, tempat ini bukan saja di jadikan tempat untuk mendidik mereka namun juga di jadikan sebagai tempat penampungan. Mereka bebas masuk kapan saja, banyak di antara mereka yang sudah beberapa bulan bahkan sampai dua tahun tidak masuk datang kembali untuk sekolah.

Masalah pembayaran di SLB BUDI KARYA itu seiklasnya, biaya masuknya pun demikian. Hal itu dikarenakan SLB BUDI KARYA mendapat bantuan dari pemerintah. Hanya saja agak mahal apabila murid nya menaiki mobil antar jemput yang telah di sediakan oleh pihak sekolah.

Di sekolah ini, mata pelajaran yang di berikan seperti pada sekolah umumnya, hanya saja lebih banyak mengajarkan keterampilan di bandingakan akademik. Itu di karenakan rata-rata IQ mereka berkisar antara 20-30 atau standar C-1 yang artinya dibawah niormal atau terbilang parah.

Murid yang sekolah disini berbeda dengan murid sekolah autis, mereka termasuk Tuna Grahita atau terbelakang mental atau sering di sebut down syndrome. Down syndrome ini ada dua tipe, pertama tipe normal dimana tidak ada yang membedakan mereka dari segi muka atau wajahnya. Yang ke dua tipe mongolism dimana muka mereka seperti nuka orang cina dan apabila mereka di jadikan satu muka merka hampir sama.. Down syndrome tersebut ada penyebabnya yaitu Prenatal dimana si ibu mengalami shock berat waktu masa hamil atau si ibi mengkonsumsi obat yang berlebihan dan banyak minum alkohaol pada saat hamil. Ada juga karena hereditas (keturunan) yang biasanya di sebabkan karena perkawinan satu darah, benturan dan hilangnya kromosom x.

Murid-murid SLB BUDI KARYA tidak terbatas oleh umur. Untuk tingkatan SD maksimal umur hingga 15 tahun, SMP nya maksimal umur mencapai 23 tahun dan untuk SMU nya tidak terbatas umurnya. Seperti Yoni salah satu murid yang umurnya sudah 66 tahun. Namun orang- seperti itu walaupun usianya sudah lanjut tetapi fisiknya tidak seperti usianya. Mereka masih seperti anak-anak.
Keterampilan yang di ajarkan di sekolah tersebut adalah menenun dan juga membuat kain pel. Di sana ada alat untuk membuat kain pel. Murid-muridnya lah yang membuatnya. Hasil dari karya mereka di beli oleh pihak-pihak rumah sakit. Namun tidak di target kan tiap bulannya, berbeda pada saat sebelum krisis moneter di mana karya-karya mereka banyak di pesan oleh orang-orang asing yang menghargai karya mereka. Namun sayang, setelah krisis ekonomi 1998, orang asing tersebut pulang ke Negara mereka.

Interaksi kepada mereka tidak seperti yang di bayangkan, mereka juga dapat berkomunikasi dengan kita sebagai orang normal walaupun tidak sesempurna manusia normal lainnya. Hanya sajalah sikap dan tingkah laku mereka yang jelas berbeda dengan manusia normal lainnya.

Tidak ada komentar: